Laboratorium Keperawatan Jiwa

KEPERAWATAN JIWA

PENANGGUNG JAWAB: RUSMINAH, S.Pd, S.Kep, Ns, MM

Laboratorium Keperawatan Jiwa terdiri dari satu ruang pemeriksaan sekaligus sebagai ruang rawat inap, ruang seklusi untuk isolasi, ruang Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sekaligus kelengkapannya serta ruang kegiatan/ruang diskusi yang digunakan sebagai ruang rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa dilengkapi dengan meja resepsionis dan kelengkapan Terapi Okupasi (terapi musik, olah raga dan kegiatan lainnya). Praktikum di laboratorium keperawatan jiwa adalah untuk mempraktekkan ketrampilan yang ada dalam Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.

Target kompetensi yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mampu melaksanakan terapi modalitas.

  • Melakukan terapi individu.
  • Melakukan terapi kelompok.
  • Melakukan terapi keluarga.
  • Melakukan terapi lingkungan.
  • Melakukan terapi biologis.
  • Melakukan terapi kognitif.

2. Mampu melakukan terapi aktifitas kelompok.

  • Mengetahui manfaat TAK.
  • Mengetahui tujuan TAK.
  • Mengetahui jenis TAK.
  • Mengetahui tahapan TAK.

3. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kecemasan.

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan kecemasan.

b. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan kecemasan:

  • Melakukan pemantauan stress.
  • Memberikan reduksi ansietas.
  • Dukungan pengungkapan perasaan, emosional, pelaksanaan ibadah dan perkembangan spiritual.
  • Edukasi keterampilan koping.

4. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh.

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan citra tubuh.

b. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh:

  • Promosi harga diri dan promosi hubungan positif.
  • Promosi kepercayaan diri.
  • Promosi citra tubuh.
  • Promosi dukungan spiritual dan promosi harapan.
  • Promosi kesadaran diri dan harga diri.
  • Promosi koping dan sistem pendukung

5. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah.

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan harga diri rendah.

b. Mampu melakukan tindakan pada pasien dengan harga diri rendah.

  • Promosi harga diri, hubungan positif, dan kepercayaan diri.
  • Pemberian rekomendasi terlibat dalam kelompok pendukung.
  • Promosi dukungan spiritual.
  • Promosi harapan.
  • Promosi kesadaran diri.
  • Promosi koping.
  • Promosi sistem pendukung.
  • Dukungan penampilan peran.
  • Edukasi komunikasi efektif.
  • Promosi keluarga, social, keutuhan keluarga, komunikasi efektif pengasuhan, efektif keluarga, sosialisasi.
  • Modifikasi perilaku keterampilan sosial.
  • Pendampingan keluarga.

6. Mampu melakukan pengkajian pasien dengan kehilangan.

7. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial.

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien isolasi sosial.

b. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien isolasi sosial:

  • Promosi kesehatan.
  • Promosi hubungan positif.
  • Promosi kepercayaan diri.
  • Edukasi komunikasi efektif.
  • Dukungan penampilan peran.
  • Pemberian rekomendasi terlibat dalam kelompok pendukung.
  • Promosi dukungan spiritual, harapan, harga diri, hubungan positif, kepercayaan diri, kesadaran diri, koping, sistem pendukung.
  • Modifikasi perilaku keterampilan sosial.
  • Pendampingan keluarga.
  • Promosi dukungan keluarga, social, keutuhan keluarga, komunikasi efektif, pengasuhan, efektif keluarga, sosialisasi.

8. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien halusinasi.

b. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien halusinasi:

  • Fasilitasi pengisian kuesioner self report (beck depression inventory, skala status fungsional)
  • Pemantauan isi halusinasi, perilaku halusinasi, resiko bunuh diri.
  • Orientasi realita.
  • Edukasi teknik pengontrolan dan pencegahan halusinasi.
  • Pengendalian halusinasi.
  • Pemantauan fungsi kognitif.
  • Pencegahan bunuh diri

9. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perilakuu kekerasan.

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan perilakuu kekerasan.

b. Mampu melakukan tindakan keperawwatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan.

  • Edukasi teknik pencegahan ekspresi marah
  • Identifikasi penyebab atau pemicu kekerasan.
  • Pemberian teknik distraksi.
  • Pemantauan resiko perilaku kekerasan.
  • Pemasangan alat pengaman.
  • Penyediaan lingkungan aman dan nyaman.
  • Edukasi keterampilan koping, metode modulasi pengalaman emosi (latihan asertif, teknik relaksasi, jurnal, aktivitas penyaluran energi).
  • Edukasi pemantauan mood secara mandiri.
  • Edukasi penanganan gangguan mood.
  • Edukasi seklusi.
  • Edukasi teknik distraksi.
  • Pemantauan potensi perilaku agresif.
  • Pemberian kesempatan mengekspresikan marah secara adaptif.
  • Pencegahan aktivitas pemicu agresi, cidera fisik akbiat ekspresi marah.
  • Pengenalan reaksi terhadap stressor.
  • Pengendalian marah.
  • Pencegahan perilaku kekerasan.
  • Pencegahan cidera.
  • Mediasi konflik.

10. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan deficit perawatan diri.

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan deficit perawatan diri.

b. Mampu melakukan tindakan pada pasien dengan deficit perawatan diri.

  • Dukungan pengungkapan kebutuhan perawatan diri: BAK/ BAB, berpakaiann makan atau minum, mandi.
  • Edukasi perawatan diri.
  • Perawatan kaki, kuku, mulut, rambut.
  • Pelibatan keluarga dalam perawatan.